Bahaya RIP current

LIBURAN PANJANG: WASPADAI BAHAYA RIP CURRENT DI KAWASAN WISATA PANTAI

Oleh: Daryono Sucipto BMKG
Geografi Mitigasi Bencana Alam, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
E-mail: darbmg@yahoo.com

MUSIBAH yang menimpa tiga pelajar SMPN 1 Karangdowo, Klaten, Jawa Tengah, yang hilang terseret arus di Pantai Kuta, Senin (28/6/2010) hanyalah sepenggal kecil dari daftar panjang korban wisata pantai masa liburan panjang sekolah. Kejadian ini sepatutnya mendapat perhatian serius karena hampir setiap tahun terjadi kasus serupa. Entah sudah berapa banyak pelajar yang sedang menikmati liburan menjadi korban keganasan arus laut di pantai.

Sebagai langkah mitigasi untuk mencegah bertambahnya korban jiwa wisata pantai, hendaknya seluruh lapisan masyarakat perlu memahami karakteristik serta mekanisme terbentuknya arus laut mematikan ini. Apalagi pada saat ini masih ada peluang terjadinya gelombang tinggi berlangsung di Samudera Hindia. Keadaan ini perlu diwaspadai dan diantisipasi oleh seluruh lapisan masyarakat, khususnya rombongan-rombongan wisata libur panjang sekolah seperti saat ini.

Karakteristik Arus
Pantai Selatan (Jawa-Bali) secara morfologi memiliki karakteristik yang unik, karena pada beberapa lokasi terdapat variasi garis pantai yang membentuk pola semacam ”teluk” dan ”tanjung” yang berselang-seling. Bentuk pantai yang unik semacam ini tentunya menarik para wisatawan, khususnya anak-anak untuk mendekat ke laut dan berenang di tepi laut. Kurangnya pemahaman para wisatawan mengenai karakteristik dan bahaya Pantai menjadi faktor utama timbulnya sejumlah korban yang terseret arus laut. Berkembangnya mitos dan cerita rakyat Nyai Roro Kidul bahwa Laut Selatan sering meminta korban, hanyalah bentuk ketidakmampuan masyarakat dalam menjawab fenomena alam yang mematikan ini dan sering terjadi secara berulang terus-menerus. Sebenarnya masyarakat dapat terhindar dari bahaya arus laut ini asalkan mau memahami karakteristik dan mekanisme terbentuknya arus berbahaya ini, karena fenomena derasnya arus pantai merupakan gejala alam biasa dan dapat dijelaskan secara ilmiah.

Salah satu bentuk bahaya pantai yang berupa teluk adalah adanya rip current. Menurut Susmayadi et al. (2010), definisi rip current ialah arus balik yang terkonsentrasi pada sebuah jalur sempit yang memecah zone empasan gelombang hingga melewati batas zona gelombang pecah. Secara fisis rip current terbentuk jika gelombang laut datang dan menghempas garis pantai yang berbentuk teluk dan cekungan. Adanya banyak pantulan muka gelombang yang mengenai ”busur teluk” akan memunculkan sejumlah arus susur pantai yang bertemu dan memusat di tengah-tengah ”busur teluk”. Arus susur yang saling bertemu di pusat busur teluk ini selanjutnya bergabung menimbulkan sebuah arus balik menuju ke tengah laut yang mengumpul pada suatu jalur arus yang sempit hingga melewati batas zone gelombang pecah. Arus ini bergerak dalam energi sangat kuat dengan kecepatan tinggi. Inilah rip current yang menjadi biang keladi dari sederet daftar korban orang hilang terseret arus di Pantai Selatan Jawa – Bali sejak zaman dahulu.

Ada beberapa hal penting untuk diketahui agar dapat memahami karakteristik arus ini. Menurut Pethick (1984), rip current terdiri atas beberapa bagian arus, seperti arus pengisi, leher arus dan kepala arus. Arus pengisi tersusun atas beberapa arus susur pantai hasil pantulan beberapa muka gelombang, kemudian bertemu, mengumpul dan berbelok arah menuju tengah laut. Leher arus merupakan sebuah jalur yang sempit, mengalir sangat deras dan kuat yang juga menuju ke tengah laut. Saking kuatnya aliran leher arus ini bahkan mampu mengalahkan terjangan gelombang yang datang. Arus ini meluncur dengan kecepatan tinggi, hingga mencapai kecepatan 80 kilometer/jam. Kepala arus adalah bagian rip current yang arah arusnya mulai melebar karena kekuatannya yang sudah mulai melemah, selanjutnya hilang di terpa gulungan gelombang laut.
Karena gerakan rip current ini berlangsung sangat cepat dan singkat, maka orang yang terjebak dan terseret arus ini sangat sulit untuk melepaskan diri hingga seolah terseret ke tengah laut. Inilah sebabnya mengapa arus ini banyak memakan korban jiwa. Berdasarkan penelitian, rip current terbentuk tidak hanya pada satu lokasi saja, melainkan berpindah-pindah sesuai dengan arah datangnya gelombang laut.

Pada beberapa kasus kejadian rip current, meskipun air laut tidak terlalu dalam hanya sebatas lutut, seseorang sudah dapat mengalami serangan arus ini. Kondisi ini terjadi jika arus susur pantai yang telah bergabung dengan tiba-tiba menyebabkan dasar pasir tempat berpijak tergerus arus hingga habis. Karena pasir tempat berpijak habis terbawa arus, maka orang yang terjebak dalam arus ini merasa seolah-olah dirinya jatuh ke dalam lobang, selanjutnya tenggelam selanjutnya diseret oleh badan arus yang mengalir kuat menuju ke tengah laut.

Mitigasi Bencana Rip Current
Mengingat lokasi rip current tergantung kepada arah datangnya gelombang laut, maka lokasi-lokasi pantai yang rawan rip current dapat dikenali. Setelah mengenali dan menetapkan lokasi rawan rip current, selanjutnya petugas penyelamat pantai segera menempatkan bendera peringatan larangan mandi di laut disertai pengawasan ketat dan tindakan pencegahan mandi di zona berbahaya. Hilangnya tiga pelajar SMPN 1 Karangdowo, Klaten, Jawa Tengah, yang hilang terseret arus di Pantai Kuta, Senin (28/6/2010) berdasarkan laporan disebabkan mereka berenang di zona larangan ini.

Ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka upaya mitigasi bencana rip current. Penguatan pengetahuan mengenai bahaya rip current dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi kepada Tim SAR, petugas penyelamat pantai, pengelola wisata, pedagang dan masyarakat setempat. Dengan memahami karakteristik dan bahaya rip current, mereka semua diharapkan ikut berperan aktif dalam upaya mitigasi bencana arus laut ini.

Di samping perlunya peningkatan fasilitas penyelamatan pantai, maka secara berkala perlu dilakukan pelatihan khusus teknik-teknik penyelamatan korban rip current bagi para petugas penyelamat pantai dan Tim SAR. Ini penting karena mereka adalah barisan terdepan yang bertugas melakukan usaha penyelamatan dan pencarian korban, sehingga wajib bagi mereka memahami seluk beluk bahaya rip current secara lebih mendalam.
Perlu adanya sosialisasi singkat bahaya rip current kepada setiap rombongan wisatawan yang baru datang ke Pantai. Terobosan sosialisasi ini tampaknya akan sangat efektif jika dilakukan mengingat kebanyakan para korban arus ini adalah para wisatawan dari luar daerah yang sangat awam mengenai kondisi pantai setempat